Teologi Lingkungan
- Budi Satria
- Feb 6, 2019
- 4 min read

Istilah teologi, dalam bahasa Yunani adalah "theologia". Istilah yang berasal dari gabungan dua kata "theos, Allah" dan "logos, logika". ...Teologi adalah: pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman (sumber kompasiana.com)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) teologi/te·o·lo·gi/ /téologi/ n pengetahuan keTuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama, terutama berdasarkan pada kitab suci.
Kenapa aku mencoba menulis terminologi tentang Teologi ini?
Ada nilai ketertarikan luar biasa mendalam di sebabkan saat ini banyak muncul tagar-tagar ber aromakan sentilan teologi dan mencoba di kaitkan dengan aspek-aspek lain, dan yang sudah pasti per kemarin tgl 5 Februari 2019 munculnya puisi yang menyentil dan mengarahkan filsafat teologi itu sendiri didalam khasanah per politikan!
Sempat kagum dan takjub ketika penulis puisi tersebut merangkai kata per kata menjadi puisi yang terangkai , tapi sayang nilai dan konsep keagungan tentang terminologi teologi masih tertaut dan dijadikan kuda/transportasi menuju brain wash masyarakat itu sendiri terhadap satu golongan yang berseberangan.
Teologi /Theologi itu sendiri terpecah menjadi "Theos" (Allah/Tuhan) dan "Logos" (logika) , jadi aku bisa merangkum dan merangkai adalah keilmuan terhadap pemahaman logika Allah/Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Esa!
Memecah logika dan pemahaman keilmuan tentang Allah/Tuhan , sungguh luar biasa ketika beberapa orang menyentuh hal ini.
Dibutuhkan penanggalan egoisme , keberpihakan dan kemurnian pemaknaan konsep logika dari Allah/Tuhan itu sendiri, dan yang pasti ada beberapa kaitan ayat didalam Kitab Suci yang menjadi landasan teori sebagai kerangka acuan dalam ber analisa dan berlogika.
Memasuki ranah ber teologi berarti sudah memasuki ranah ber filsafat!
Teologi bisa berarti juga pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan Allah, Yang mutlak dan Yang kudus, yang diakui sebagai Sumber segala kehidupan di alam semesta ini. Iman itu ada dalam diri seseorang antara lain melalui pendidikan (misalnya oleh orang tua), tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan hidupnya di hadapan Sang pemberi hidup itu. Dalam hal ini Allah dimengerti sebagai Realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan.
Aaaaaah....koq berat kali ya aku nulis ini, tapi ga apa-apa sekali-kali mencoba menjadi peniru mengaitkan konsep dasar teologi dengan sebuah titipan Illahi tentang hasratku perihal lingkungan....Ya...belajar mengaitkan teologi dengan lingkungan sehingga terkawinkan menjadi "Teologi Lingkungan".
Boleh dong aku mencoba merilis "Teologi Lingkungan" ini ? kan ada juga yang sudah eksis dan terilis pemahaman teologi sukses/kemakmuran, teologi perpolitikan dan beberapa pemahaman mengaitkan dengan konsep dasar teologi.
Didalam Kitab Suci umat Kristiani tertulis demikian:
Allah Yehuwa membuat bumi sebagai tempat tinggal yang asri bagi umat manusia. Ia menyatakan bahwa semua karya-Nya ”sangat baik” dan menugasi manusia ”untuk menggarap [bumi] dan mengurusnya”. (Kejadian 1:28, 31; 2:15)
......kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi (Wahyu 11:18)
Didalam Al Quran milik umat Islam tertulis demikian:
Al Qur'an Surat Al Rum 41 – 42 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah (Muhammad), “ Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (42)
Umat Budha merilis demikian:
Dalam Karaniyametta Sutta disebutkan, “…hendaklah ia berpikir semoga semua makhluk berbahagia. Makhluk hidup apapun juga, yang lemah dan yang kuat tanpa kecuali, yang panjang atau yang besar, yang sedang, pendek, kecil atau gemuk, yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun yang dekat, yang terlahir atau yang akan lahir, semoga semua makhluk berbahagia“
Dan beberapa kutipan ayat-ayat suci dari Kitab denominasi ajaran ke agamaan juga banyak merilis tentang bagaimana bersikap tentang memahami "Teologi Lingkungan" ini dengan baik dan benar.
Naaaah....apakah aku salah menulis tentang ide ku mengaitkan teologi dan lingkungan sehingga menjadi rangkaian kalimat "Teologi Lingkungan" ?.
Aku ga bermaksud menyentil sama sekali seperti beberapa orang yang membuat karya tulis dengan bermaksud memojokkan satu sama lain, tapi aku hanya menitipkan karya agung Illahi ini untuk kita bisa rawat dan jaga.
Menancapkan konsep tentang teologi berwawasan lingkungan menjadi ROLE MODE yang harus kita kemas dan sebarkan.
Kenapa?
Allah/Tuhan secara jelas dan nyata memberikan mandat kepada umat Nya untuk senantiasa ada dan menjaga apa yang sudah Dia beri , alam yang begitu rupa indah, udara yang begitu nyata segar, sungai jernih mengalir bagaikan kalung bermatakan berlian, laut membentang bak laksana permadani jamrud berkilau dan gunung-gunung menjulang menampakkan ke perkasaan dan representasi dari Pencipta nya.
Terlepas dari berbagai macam alasan dan perkembangan jaman yang terjadi saat ini , ingatlah...bahwa apa yang sudah Ia beri adalah karya titipan yang harus terlestarikan dan terjaga dengan baik.
Jangan biarkan pencapaian rekor "penyumbang sampah di lautan terbesar no 2 di dunia " ini masih melekat kawanku!
Semoga di tanggal 17 Februari 2019 nanti di ajang putaran ke 2 debat calon pemimpin negeri ini tidak menonjolkan konstektual politik identitas, tetapi masih mengingat tentang titipan kecil ini perihal lingkungan dan program konkrit sebagai bahan edukasi bagi rakyat yang akan di pimpinnya.
Dan di akhir aku menulis ini ....kepalaku terasa berkunang-kunang karena kopi ternyata belum ada di meja kerjaku....kopiiiii.....mana kopi ku !!!!!
Salam Lestari!
Budi Satria
Comments