Algoritma Rejeki
- Budi Satria
- Apr 28, 2020
- 3 min read

Menyegarkan pikiran kembali teringat peristiwa kematian tragis yang menimpa salah satu jagoan bola basket yang sangat fenomenal si Kobe Bryant pada tanggal 26 Januari 2020 silam, banyak media cetak maupun daring/online merilis rupa-rupa perihal kematian Kobe Bryant beserta narasi kehidupan pribadinya yang selama ini jarang di ulik dan di ketahui oleh publik.
Teringat dalam beberapa tajuk rilisan media ada salah satu berita menyentil tentang wabah pandemik yang melanda sebuah negara yang berhasil melumpuhkan sendi-sendi ekonomi, dan sekali lagi terabaikan oleh berita tentang kematian sang fenomenal dan legendaris si Kobe Bryant.
Dan akhirnya....wabah pandemik ini telah singgah dan berhasil melumpuhkan sendi-sendi ekonomi dan kehidupan lebih dari 200 negara termasuk negara tercinta kita Indonesia.
Malam ini dalam keheningan masa-masa pandemik wabah Covid-19 dan telah berlakunya PSBB di kota tercinta Surabaya, aku mulai merenungkan percakapan beberapa hari yang lalu dengan 2 orang kawan tentang kondisi usaha-usaha yang terancam gulung tikar dan dengan sangat penuh keterpaksaan merumahkan bahkan memutuskan PHK sebagian karyawan !
Percakapan sederhana mengalir di saat kami biasa membicarakan geliat usaha kami masing-masing yang sudah kami tekuni selama ini ada nilai kebimbangan luar biasa dalam menghadapi langkah kedepan bagaimana caranya bisa bertahan dan lolos dari shut down nya sendi-sendi ekonomi.
Kebimbangan luar biasa ini kami rasakan luar biasa di bandingkan dengan masa-masa 1998 silam yang sempat merontokkan beberapa usaha baik skala nasional maupun lokal.
Kami bertiga mempercakapkan tentang kebimbangan ini, seakan-akan saling menumpahkan keresahan dan kebimbangan yang begitu luar biasa.
Hanya 1 orang rekan yang tampak begitu santai dan penuh perhatian mendengarkan celotehanku dan kawan satunya.
Kawanku satunya yang lebih sering berceloteh sempat mengeluarkan statement arah kedepan menghadapi masa-masa shut down nya ekonomi akibat pandemik Covid-19 akan memberlakukan "merumahkan" seluruh karyawan yang telah membantunya untuk berjuang dari titik awal usaha yang telah di rintisnya karena dia merasa tidak akan sanggup lagi melangkah bertahan selama lebih dari 3 bulan ...oiya...kawanku ini bergerak dalam usaha percetakan dan sudah berjalan 12 tahun lamanya serta memiliki lebih dari 24 orang karyawan, terbilang sukses bagiku!
Algoritma Rejeki !
Lepas membicarakan tentang kebimbangan ini tiba-tiba kami bertiga terhenti berbicara.........seperti jam yang telah lemah battery nya!
Ternyata....telah habis aku dan temanku yang bergerak dibidang percetakan ini menumpahkan kegelisahan.
Temanku yang dari awal cuman manggut-manggut dan terkesan acuh tak acuh menikmati segelas kopi dan hembusan rokoknya tiba-tiba berkata "wis entek ta ceritane? (sudah habis ta ceritanya?) "...bertiga kami seketika tertawa lepas.....hahahahahahahaha !
"Wis yo ...wayahku ngomong ! (sudah yaaa...saatku ngomong! )
"Jadi begini...kalian tau arti algoritma ga?
Aku dan temanku satunya terdiam
"Aku ini selalu bergumul dengan algoritma setiap harinya karena memang kerjaanku seorang programmer"
"Algoritma ini adalah urutan atau langkah-langkah untuk penghitungan atau untuk menyelesaikan suatu masalah yang ditulis secara berurutan."
"Jadiiii...aku mulai menyusun algoritma obrolanmu tadi secara urutan dan melakukan perhitungan secara matang!"
Urutan awal algoritma kalian tadi adalah "bagaimana cara kalian berjuang merintis usaha? dan ...siapakah yang mau serta ikut berjuang di awal-awal kalian merintis usaha sampai mampu bertahan sampai saat ini?"
Dan....sekali lagi aku dan kawanku (pengusaha percetakan) terdiam.
Algoritma kedua yang mampu ku susun adalah "Berapa besar rejeki kalian yang sudah kalian dapat bersama orang-orang yang masih setia berjuang bersama kalian sampai detik ini?"
Algoritma ketiga ..."Berapa jumlah orang dalam keluarga tanpa kalian sadari bergantung dan mampu kalian nafkahi ?"
Ketiga susunan algoritma yang aku susun tadi adalah "Algoritma Rejeki"
Aku mulai menyimpulkan bahwa kalian berdua itu "Sombong dan sok pinter!".
Kalian berdua dengan kemampuan rejeki yang sudah kalian dapat itu seolah-olah berkata dengan arogan kalau bukan kerja kerasku tak akan dapat bertahan sampai saat ini....itu salah kawanku!!!!
Orang-orang yang berada dalam lingkaran usaha kalian berdua menciptakan urutan dan susunan "algoritma rejeki" melalui ucapan doa didalam keseharian mereka di saat menerima amplop ataupun bentuk nilai transferan yang "mungkin" hanya mampir sesaat di rekening mereka.
Daaaan....sekali lagi aku dan kawan satunya terdiam!
Kawanku yang programmer tadi meneruskan kalimatnya....
"Kalian berdua telah menciptakan algoritma sendiri didalam kehidupan kalian dan berujung bahwa kalian berdua tak akan mampu bertahan menghadapi "shut down" nya ekonomi global saat ini.
Ingatlah kawan ..."Algoritma Rejeki" ini telah melekat dalam setiap desahan nafas doa orang-orang yang masih dengan setia berjuang bersama kalian!
Aku tak pernah mengeluh, kenapa? karena keluhan itu bagikan keputus asaan yang tiada akhir!
Aku hanya mampu bersyukur saja bahwa saat ini masih mampu beli beras buat keluargaku dan bahkan masih bisa beli rokok dan segelas kopi bersama kalian berdua.
............................................................................................................
Malam yang begitu indah bersama kalian berdua kawan! Terima kasih atas "Algoritma Rejeki" yang sudah tertular dengan sukses di alam bawah sadarku!
Malam ini sujud syukur ku kepada Nya melebihi sujud syukurku di hari-hari lalu.
Sayup-sayup kudengarkan lantunan refrain lagu "Sang Petualang" dari bang Iwan Fals
Sebebas camar engkau berteriak
Setabah nelayan menembus badai
Seikhlas karang menunggu ombak
Seperti lautan engkau bersikap
.........................................
Selamat Malam Indonesia!
Comments