Maaf Tuhan ....Kami Sibuk "Bertikai"
- Budi Satria
- Feb 26, 2019
- 2 min read

Memasuki masa euforia tahun politik yang begitu luar biasa hebat di 2019 ini ada beberapa pemandangan yang selalu tidak aku sukai, berbagai ornamen dari dalam bentuk poster dan baliho baik besar maupun kecil seringkali mengundang ketidaknyaman mata .
Kesempatan untuk saling mengenalkan jati diri melalui leaflat, poster maupun baliho inilah membuat suasana keindahan kota tercinta ini menjadi tidaklah enak di pandang, penempatan yang seringkali serampangan dan dengan menempelkan di pohon dan di paku sering dan acapkali dilakukan.
Yang sering mengganggu adalah beberapa kalimat didalam poster, leaflat dan baliho yang secara sengaja maupun tidak sengaja menampilkan "exclusiveisme" tersendiri, kata "Kami" acapkali di gunakan.
Kenapa aku menulis kata "ter-distorsi" ?
Distori sendiri didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) berarti pemutarbalikan suatu fakta, aturan, dan sebagainya; penyimpangan: untuk memperoleh keuntungan pribadi tidak jarang orang melakukan -- terhadap fakta yang ada.
Disini aku melihat adanya penyimpangan didalam makna kata "Kami" ini menjadi terjemahkan /tertafsirkan sebagai golongan / klasis yang mengerucut pada titik pemisahan diri.
"Kami" menjadi salah satu kata kunci didalam bentuk jamak keberagaman bangsa ini, kenapa?
"Kami" adalah sebuah kata di mulainya rasa memiliki pemuda-pemudi di masa pergerakan menuju era kebebasan bangsa yang ingin merdeka dalam segala bentuk penindasan, "Kami" menjadi kata kunci dimana rasa kebersamaan itu "Hadir", rasa "memiliki" dan "menyatu" satu sama lain dalam satu tujuan!
SAAT bangsa Indonesia sedang merintis untuk memperjuangkan diri agar bisa bersatu sebagai bangsa yang merdeka melepaskan diri dari penjajahan, generasi muda menunjukkan peran besarnya melalui kepeloporan dalam perjuangan menyebarluaskan pendidikan untuk semua kalangan rakyat dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, seperti Perguruan Taman Siswa, dll. Kepeloporannya membangun persatuan bangsa dengan mendirikan berbagai perkumpulan/perhimpunan. Puncak dari kepeloporan generasi muda untuk membangun sebagai bangsa ditandai melalui deklarasi Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda 1928.
Semuanya itu dimulai dengan kata "Kami"
Kenapa harus dengan kata "Kami" ?
Sejatinya para pemuda dan pemudi bangsa ini telah menunjukkan eksistensi nya dengan menunjukkan bahwa mereka bukanlah ter-diaspora melainkan menjadi suatu kekuatan yang luar biasa hebat.
"Kami" menjadi kata kunci yang menunjukkan nilai "Persatuan" yang saling mengikatkan diri satu sama lain dan menunjukkan eksistensi Kebangsaan yang luar biasa!
Lalu ...kenapa kita harus meneriakkan kata "Kami" yang berbeda kawan?
Dan didalam tulisanku ini, aku mengetuk hati kawan-kawan yang ter euforia dengan pesta demokrasi bangsa ini yang menjadi tontonan bangsa lain yang merasa kagum dengan nilai keberagaman bangsa ini ternodai dengan kata "Kami" .
Biarlah bangsa lain melihat euforia pesta demokrasi bangsa ini menjadi panutan akan nilai keberagaman yang selama ini mereka kagumi .
Biarlah keberagaman bangsa ini menjadi ciri khas yang melekat untuk dijadikan tujuan pembelajaran bangsa lain.
Terlalu indah Indonesia ini ternodai dan tersakiti !
Maaf Tuhan..."Kami" sibuk bertikai
Salam keberagaman dariku,
Budi Satria
Comments