Saat Idealisme Kalah
- Budi Satria
- May 2, 2019
- 4 min read

Saat menjelang malam, aku mulai kembali membuka lembaran demi lembaran bekal buku untuk me-refresh kembali apa yang sudah aku baca beberapa hari sebelumnya...yaaaa, UMPTN (sekarang menjadi SBMPTN) besok pagi harus aku hadapi demi angan dan cita2 ku mengejar impian menjadi seorang dokter di salah satu perguruan tinggi negeri Jogjakarta.
Hampir satu jam berlalu tepat pukul 01.00 WIB mata sudah tak tahan untuk terpejam, ku letakkan buku itu dan segera beranjak tidur di kos2an bilangan Gondo Layu karena pagi jam 05.00 aku harus siap untuk berangkat menuju tempat lokasi ujian yang sudah ditetapkan oleh panitia.
Jam 04.30 aku terbangun dan mandi serta tak lupa menekuk lutut dan bersimpuh mengucapkan rasa syukurku kepada Nya bisa bangun pagi dalam keadaan badan sehat tanpa kekurangan apapun.
Tas ku periksa isinya bekal menghadapi ujian, komplit....dan akhirnya tepat pukul 05.30 bergegas menuju jalan Mangkubumi untuk naik bus ke kampus yang menjadi idamanku.
Sesampai di kampus tempat ujian berlangsung telah ramai dengan kawan2 dari berbagai daerah yang mempunyai cita2 dan angan yang sama seperti ku (entah itu karena di paksaan ortu atau memang keinginannya sendiri...hahahaha), dan sudah menjadi kebiasaan aku selalu menyapa orang2 baru di sekelilingku. Disini aku mengenal salah satu teman baru asal Riau yang memiliki angan dan cita2 menjadi seorang pengawal hutan di Indonesia (keren ya)...ya..dia berangan ingin masuk fakultas kehutanan yang menjadi idamannya.
Ujian telah berlangsung selama 3 hari, disini aku selalu optimis dan memiliki mental yang idealis bisa tembus ke jurusan yang ku inginkan...kenapa aku sangat idealis sekali ingin menjadi seorang dokter? karena bagiku (di usia saat itu yaaa) seorang dokter dapat menyelamatkan jiwa manusia terlepas dari kebesaran karya agung Tuhan.
Seminggu kemudian hasil di umumkan, bergegas aku menuju ke jalan mangkubumi untuk melihat lembaran berita dari sebuah surat kabar terkemuka di Jogjakarta tetapi lembaran informasi pengumuman masih belum di tempelkan karena saat aku kesana masih terlalu pagi pkl 05.00 (hahahahaha....inilah ketika seseorang punya hasrat pasti ga kan bisa kita bendung).
Dan bersama seorang teman akhirnya aku mencari sarapan pecel yang menjadi menu favorit anak kos...murah dan banyak dengan harga saat itu Rp. 500 (murah yaaaa) sudah ada potongan kecil ikan bandeng atau telur lagi....ISTIMEWA!!!!!
Selesai sarapan kembali aku sama kawanku menuju tempat papan informasi tadi, dan ternyata namaku ga masuk dalam urutan fakultas kedokteran malah masuk dalam urutan pilihan ke 2 (Fakultas Kehutanan) yang saat aku isi dengan buru2 tanpa pertimbangan karena saat mengisinya aku terbayang dengan hobiku saja yang suka naik gunung.....duuuuuh....rontok sudah angan dan cita2 yang selama ini aku inginkan menjadi seorang dokter.
Dimalam hari aku merasa gagal, gagal dalam mewujudkan angan dan cita2 ku , tetapi kawan2 ku mulai menggoda setidaknya kamu telah lolos masuk UMPTN walaupun bukan jurusan yang kamu inginkan dan harus di rayakan...cheeeer...kita mabuk bersama sembari berdendang...hahahahah...jangan di tiru yaaa kawan.
Singkat cerita akhirnya di tahun berikutnya aku mulai menanggalkan angan dan cita2 ku menjadi seorang dokter dan beralih belajar menjadi seorang insiyur bangunan serta mencoba mengenal ilmu ekonomi , disini aku mulai bisa mengerti bahwa apapun yang kita inginkan belum tentu itu adalah rencana karya agung Tuhan! Fakultas Kehutanan aku tinggalkan.
Bidang pekerjaan yang saat ini telah menghidupiku adalah di bidang yang tidak sesuai dengan angan dan cita2 ku saat masih belia, saat ini aku menghidupi diriku dan keluargaku dari pekerjaan bidang jasa konstruksi dan management....masih relevan dengan ilmu yang ku pelajari saat masih kuliah dulu.
Tak sedikit dari kita menghidupi diri kita dari disiplin ilmu yang jauh berbeda dengan apa yang kita pelajari semasa di bangku kuliah. Nilai idealisme yang terbangun di masa muda mulai terkikis dan kalah oleh kebutuhan hidup yang tak terelakan.
Ada diantara kita yang walaupun tidak sesuai dengan di siplin ilmunya telah menjadi berhasil dan tak sedikit dari mereka yang gagal .
Mereka yang berhasil ini berusaha mencintai apa yang sudah mereka dapatkan walaupun tidak sesuai dengan angan dan cita2 nya, ....mereka tanggalkan idealisme masa muda....dan lambat laun akan terlupakan , itu pasti kawan!
"Jika ada batu menindih....mengakarlah, niscaya batu akan terguling"
Lalu , dimanakah posisi dan cara kampus membekali mahasiswa terhadap idealisme ilmu yang sudah di berikan?
Sarjana!
Ada sebuah tempat yang dengan mudah kita meraihnya....ada sebuah tempat yang dengan berdarah-darah kita meraihnya.
Para pemuda yang baru saja memasuki dunia kerja bukanlah para pemuda yang tanpa sikap dan tanpa idealisme. Mereka adalah orang-orang yang memiliki sikap dan idealisme, tetapi dunia kerja adalah dunia baru bagi mereka. Ketika seseorang memasuki dunia yang baru, hanya ada dua sikap yang akan terjadi, yaitu mewarnai atau diwarnai.
Sudah menjadi keharusan kampus memberikan warna terhadap perubahan jaman yang selalu dinamis ini, bekal di siplin ilmu yang mereka berikan dari masa ke masa haruslah membekali mahasiswa nya dengan warna yang baru.
Warna inilah yang memupuk dan berkembang terpeliharanya idealisme didalam diri mahasiswa untuk mendarma baktikan di siplin ilmu nya melalui karya dan karsa.
Menanamkan bekal jiwa kewirausahaan wajib diberikan oleh kampus! Kenapa? karena tak sedikit dari mereka yang telah lulus tidak mendapatkan porsi di lapangan pekerjaan sebuah institusi yang di inginkan.
Dengan bekal itu mereka tetap bisa melanjutkan nilai idealisme di siplin ilmu nya melalui karya dan karsanya secara mandiri.
Lalu.....berapa banyak kampus seperti yang aku tulis di atas?
Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi seluas langit dan bumi.... Albert Einstein
Selamat ulang tahun bersama malaikat di surga pahlawanku "Ki Hajar Dewantoro"
Selamat Hari Pendidikan Nasional
Comments